Berita & Media

BERITA SELEBRITI

Yosi "Project Pop"


Asuransi, Bagaimana Seseorang Memandang Sebuah Resiko

Yosi, pentolan Project Pop bercerita banyak mengenai pentingnya berasuransi bagi seseorang dan tentunya Bumiputera. Yuk, kita simak perbincangannya dengan redaksi Mutual dalam sebuah kesempatan berikut ini!

Bagaimana pandangan Anda tentang asuransi jiwa?

Tindakan prevention (pencegahan). Setiap orang tidak menginginkan kejadian yang buruk dalam hidupnya. Dan asuransi merupakan salah satu bentuk fasilitas dan tindakan pencegahan yang terlebih dahulu harus kita ambil kalau terjadi sesuatu.

Penting atau tidaknya tergantung pada setiap orang. Ada orang yang merasa nyaman-nyaman saja tanpa perlu mengkuatirkan resiko yang akan terjadi tapi ada orang yang khawatir akan resiko-resiko masa depan yang kana terjadi.

Terlebih dewasa ini banyak penyakit-penyakit mendadak yang menimbulkan kematian, seperti serangan jantung atau penyakit lainnya. Hal ini membuat banyak orang lebih memperhatikan kesehatannya dan pada akhirnya banyak yang menganggap asuransi itu penting.

Kapan sebaiknya asuransi dikenalkan oleh seseorang atau keluarga, seperti menabung yang sudah dikenalkan sejak bangku sekolah dasar?

Tidak terikat dengan usia. Kalau menurut saya lebih kepada tanggung jawab. Kalau rasa itu sudah tumbuh dan dirasa perlu untuk diri kita dan keluarga, kita akan memperhatikan hal-hal lain yang harus diprioritaskan selain materi, ya kesehatan, pendidikan dsb. Jadi kalau orang belum memiliki rasa tanggung jawab seperti ini, pasti belum merasa perlu dengan asuransi. Menurut saya pengenalan asuransi tidak seiring dengan usia, tetapi kapan seseorang itu mulai bertanggung jawab untuk dirinya dan oranglain.

Kapan seseorang memiliki rasa tanggung jawab itu?

Kalau itu prosesnya melalui kehidupan masing-masing. Misalnya, anak dokter pasti dari kecil sudah tahu resiko-resiko penyakit. Jadi awarreness lebih cepat dan tinggi dibanding yang lain. Atau orang yang hidup di lingkungan di mana keluarganya banyak yang sakit. Itu dia akan lebih cepat dari yang lain.

Tapi kalau orang yang hidup di dalam lingkungan yang sehat-sehat aja, mungkin orang-orang yang seperti ini akan berbeda pandangannya dibandingkan dengan orang yang hidup dalam lingkungan yang sering mengalami bencana, sakit, dsb.

Jadi saya pikir, itu semuanya tergantung apa yang terjadi di lingkungannya sehari-hari. Pertumbuhan seseorang yang membedakan timing kesadaran asuransi itu sendiri.

Kalau kita bandingkan kesadaran asuransi masyarakat indonesia masih rendah dibanding dengan di luar negeri. Bagaimana menurut pandangan Anda?

Saya sih sebenarnya tidak berani berasumsi bahwa bangsa kita kurang aware terhadap asuransi. Tidak semua orang bule juga aware terhadap asuransi. Ada teman bule saya juga masih kurang, awareness-nya terhadap asuransi.

Warna masyarakat kita kan berbeda. Ada yang tumbuh dengan nilai budaya yang kuat, dan ada yang percaya dengan yang berbau mistis, sedangkan kalau asuransi kan jelas, rujukannya pasti ya ke dokter atau ke rumah sakit. Apalagi jaman sekarang berkembang pengobatan alternatif, yang banyak diminati oleh masyarakat. Ada orang yang merasa semuanya bisa dicari jalan keluarnya tanpa harus kuatir dengan asuransi, saya yakin itu.

Tapi menurut saya, yang sudah berpendidikan, disekolah juga diajarkan, karena asuransi itu bagian dari risk manajemen, dan risk manajemen itu belajarnya di semua mata pelajaran. Bisa melalui pelajaran apa saja.

Kalau menurut saya, kesadaran asuransi sangat varian untuk setiap manusia. Saya percaya, di kota lebih banyak yang sadar akan pentingnya asuransi. Ini semuanya terpulang juga bagaimana seseorang memandang sebuah resiko.

Dalam setiap tour project pop, semua personilnya apa sudah diasuransikan? Atau personilnya sudah mempunyai asuransi sendiri-sendiri?

Kalau kita sih, pasti ada asuransi dengan suatu label perusahaan asuransi. Kita ikut itu. Tapi masing-masing sebagai kepala keluarga, saya yakin mereka sudah punya asuransi sendiri-sendiri. So far, project pop jauh dari pekerjaan yang berbahaya. Kita pekerjaannya bukan seperti para illusionis, tapi saya rasa perlu, walaupun resikonya, saya rasa masih kecil.

Sudah mengenal Bumiputera?

Bumiputera sudah saya kenal lama. Actually beberapa teman bokap (Ayah, red) kan dulu di BNI. Jadi saya banyak tahu Bumiputera sudah lama sejak kecil. Dan saya tahu, teman-teman mama papa ada yang orang Bumiputera. Selain itu,, Bumiputera sudah lama dan kantornya juga ada di mana-mana.

Kalau dibandingkan dengan asuransi lain bagaimana?

Bumiputera yang sudah lama didirikan ini seharusnya lebih establish, lebih banyak network-nya, dan saya sampai sekarang masih suka ke daerah-daerah, saya suka ketemu Bumiputera. Nama Bumiputera sudah besar, saya pikir nama itu mempengaruhi banget tingkat kepercayaan seseorang. Kalau Bumiputera sudah lama, network-nya juga sudah banyak sampai di kota-kota kecil.

Apa yang harus dipersiapkan Bumiputera dalam menghadapi persaingan perusahaan asuransi asing?

Kita harus menciptakan dan meningkatkan kepercayaan itu dengan nasabah dan masyarakat.Tentu saja banyak sekali kegiatan marketing yang harus dilakukan. Bumiputera mungkin sudah punya nama. Namun kalau misalnya, brandnya kalah secara promotional dengan perusahaan dibandingkan produk-produk yang baru, maka sangat mungkin orang menjadi lebih tertarik dengan produk yang lain.

Kalau kita tidak berkompetisi di situ, kita bisa ketinggalan. Sekarang matters banget kok apa yang dilihat. Buat saya seperti itu. Nama kita sudah ada. Kalau kita punya nama, tapi nggak maintain ya percuma.

Segmen tidak stagnan, terus berubah. Ada generasi-generasi baru yang lahir di era di mana para perusahaan asuransi asing promosinya lebih kuat dibanding dengan Bumiputera. Jadi generasi muda ini tidak tahu kalau ada Bumiputera di jaman sekarang. Untuk sebuah brand tetap perlu.

Penjualan asuransi nya pun bisa dikombinasi, seperti agen dan media online. Kan kita tahu rumusan dasar dari marketing adalah apa yang kita promosikan adalah benar-benar terjadi atau sesuai dengan kenyataannya. Kalau itu berlainan, atau cuma sekadar promosi saja, nasabah akan lari.

Sehingga yang kita harapkan akan terjadi proses marketing word of mouth. Bukan hanya agennya saja yang mempromosikan, tapi bahkan dari pemegang polisnya sendiri. Itu lebih efektif. Tapi itu tidak akan tercipta, bila apa yang diucapkan oleh marketing / iklan berbeda dengan kenyataan yang dialaminya.

Saran untuk Bumiputera?

Teman-teman saya juga banyak agen asuransi. Meyakinkan orang lain, bagaimana meminta waktu untuk presentasi asuransi kepada calon nasabah itu sangat susah sekali. Ini adlaah perjuangan para agen. Mungkin kita harus menemukan tools promotional yang lebih efektif lagi. Sebuah janji yang sangat personal, maksudnya setiap orang yang menonton itu seperti ditujukan kepada dirinya.

Kalau kita mencoba membuat tools promotional menurut saya, kita harus mencari tahu apa yang menjadi kebutuhan dasar seseorang. Jadi sebenarnya bukan hard selling atau pun soft selling. Kalau menurut saya, yang efektif adalah iklan yang benar-benar bisa dijadikan jawaban bagi setiap orang.***rangga wisnhu

Kembali ke halaman sebelumnya

 

Kembali ke atas